
Gundahnya tak lagi mengiang
Tawanya lenyap di telan angan
Ingin ku dekap hingga ia tak lenyap
Hanya saja daya ku tak sanggup menggenggam rapuh
Menopang sisa-sisa tabah
Menyeka air mata yang kini bertetes darah
Rajut luka yang tak kunjung mengering
Dia nyata, ada di pelupuk mata
Menggenggam jiwaku yang siap di koyaknya
Menghentikan denyutku hingga tak berdaya
Rotasi bumi seakan enggan berputar
Enggan mengantarku pada setitik rona bahagia
Layakkah aku menuntut adil?
Salahkah aku mengungkap yang ada?
Dan dosakah aku mencintainya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar