Dua wanita itu mencoba bermain dengan keadaan
Menerka takdir
Membayangkan jika saja sesuatu akan terjadi semestinya ataupun sebaliknya
Mereka bertanya pada diri sendiri
Mereka berjudi dengan situasi
Mencari sesosok wajah yang dirindukan
Mencari seseorang didalam jutaan manusia lainnya
Berharap menemukan seberkas cahaya di kamar gelap gulita
Langit berseru menurunkan air pertanda sesuatu
Kami tak henti berdoa
Kami tak putus berharap
Sekali saja
Cukup sekali saja
Aku... dia... kami....
Dua wanita ini ingin melihat wajah yang kami rindukan
Ingin merasakan degupan jantung yang berderu ketika melihatnya
Hanya itu saja
Jika saja takdir bersikap adil pada kami
Mungkin saat ini senyum kami masih terus berkembang tak layu
Namun sayang, dua lelaki yang kami tunggu tak kunjung terlihat
Entah dimana
Entah mengapa
Mungkin saja disembunyikan semesta
Karena Ia berkata dia bukan milik ku
Sesaknya masih sama
Jangan pernah bermain dengan takdir
Karena takdir akan mempermainkan kita dengan sejuta keadaan yang tak pernah kita duga
Minggu, 23 November 2014
Rabu, 12 November 2014
Minggu, 09 November 2014
Sakit
Sakit yang sebenarnya adalah
Ketika kamu harus berhenti mencintai
Bukan karena keinginanmu, tapi karena jalan yang buntu
Tidak ada cara lain untuk mempertahankannya
Sekuat apapun mencoba menggenggam
Meyakinkan kepada dunia
Namun pada akhirnya yang dapat dilakukan hanyalah menyerah dan berhenti sampai disini
Bukan itu mau ku
Tapi aku bisa apa?
Semakin kuat aku mencoba maka semakin kuat dunia bertolak
Mencoba melawan arus namun hantaman semakin deras
Mengapa hidup sesakit ini?
Ketika kamu harus berhenti mencintai
Bukan karena keinginanmu, tapi karena jalan yang buntu
Tidak ada cara lain untuk mempertahankannya
Sekuat apapun mencoba menggenggam
Meyakinkan kepada dunia
Namun pada akhirnya yang dapat dilakukan hanyalah menyerah dan berhenti sampai disini
Bukan itu mau ku
Tapi aku bisa apa?
Semakin kuat aku mencoba maka semakin kuat dunia bertolak
Mencoba melawan arus namun hantaman semakin deras
Mengapa hidup sesakit ini?
Minggu, 28 September 2014
Memori dalam Memoar
Masih saja tercekat bila memori itu kembali terungkap
Sesak memburu dada, menyergap dalam jiwa
Entah mengapa rasa itu sulit enyah
Seperti terpatri begitu saja
Tak dapat hilang bahkan tak lekang
Sudah lebih dari sepuluh juta detik aku berada disini
Tanpa kata, tanpa jumpa
Dan bahkan berjuta-juta kali aku mencoba melenyapkannya
Tapi tetap saja sia-sia
Seringkali aku bertanya mengapa
Tapi tak ada yang tau jawabannya
Seringkali aku mencoba beranjak
Tapi tak kunjung berbuah manis
Yang tersisa tinggalah kekosongan tanpa jeda
Walaupun semuanya telah berlalu
Dan hanya sebatas memori dalam memoar
Sesak memburu dada, menyergap dalam jiwa
Entah mengapa rasa itu sulit enyah
Seperti terpatri begitu saja
Tak dapat hilang bahkan tak lekang
Sudah lebih dari sepuluh juta detik aku berada disini
Tanpa kata, tanpa jumpa
Dan bahkan berjuta-juta kali aku mencoba melenyapkannya
Tapi tetap saja sia-sia
Seringkali aku bertanya mengapa
Tapi tak ada yang tau jawabannya
Seringkali aku mencoba beranjak
Tapi tak kunjung berbuah manis
Yang tersisa tinggalah kekosongan tanpa jeda
Walaupun semuanya telah berlalu
Dan hanya sebatas memori dalam memoar
Sabtu, 12 Juli 2014
Jangan Pernah!
Jangan pernah paksakan dirimu untuk berbohong pada diri sendiri! Apapun itu, jangan pernah!
Biarkan semua terjadi seutuhnya
Biarkan semuanya mengalir begitu saja
Biarkan benih itu tertanam dengan sendirinya
Biarkan ia tumbuh...
Mekar.... hingga layu
Bahkan mungkin mati pada saatnya
Biarkanlah. Ikhlaskan saja!
Karena yang hidup pasti akan mati pada akhirnya
Selama dirimu masih hidup maka hiduplah selayaknya
Dan jangan biarkan kehidupanmu mati di tanganmu sendiri
Sampai kapanpun, jangan pernah!
Biarkan semua terjadi seutuhnya
Biarkan semuanya mengalir begitu saja
Biarkan benih itu tertanam dengan sendirinya
Biarkan ia tumbuh...
Mekar.... hingga layu
Bahkan mungkin mati pada saatnya
Biarkanlah. Ikhlaskan saja!
Karena yang hidup pasti akan mati pada akhirnya
Selama dirimu masih hidup maka hiduplah selayaknya
Dan jangan biarkan kehidupanmu mati di tanganmu sendiri
Sampai kapanpun, jangan pernah!
Kamis, 12 Juni 2014
Wanita Pengecut
Bisa saja aku meneriakan kepada semua orang isi hati dan pikiranku
Bisa saja aku mengobrak-abrik wanita itu
Bisa saja aku memukul dan menendangmu dihadapannya
Bahkan bisa saja seketika aku menangis memohon kepadamu untuk melihatku walau sejenak
Tapi tak bisa
Aku terlalu penakut untuk melakukan itu semua
Aku pengecut, pecundang yang datang dari masa lalu dan berharap disambut setidaknya sepercik keajaiban
Aku seorang wanita yang terlalu munafik untuk mengungkapkan perasaan yang tertanam dan tertinggal
Bisa saja aku mengobrak-abrik wanita itu
Bisa saja aku memukul dan menendangmu dihadapannya
Bahkan bisa saja seketika aku menangis memohon kepadamu untuk melihatku walau sejenak
Tapi tak bisa
Aku terlalu penakut untuk melakukan itu semua
Aku pengecut, pecundang yang datang dari masa lalu dan berharap disambut setidaknya sepercik keajaiban
Aku seorang wanita yang terlalu munafik untuk mengungkapkan perasaan yang tertanam dan tertinggal
Minggu, 27 April 2014
Di Waktu yang Aku Hanya Bisa Seperti Ini Saja
Satu hal yang aku tau mengenai dirimu
Hanyalah sebuah tatapan nanar yang berasal dari kedua bola mataku
Hanyalah sejumput keinginan yang takkan pernah terucapkan
Ingin ku genggam jemarimu walau hanya sepersekian detik
Dan menghentikan waktu yang berputar diantara kita
Menatap jauh kedalam matamu
Merasakan apa yang ada di dalam hatimu
Namun sayang, fatamorgana meracaukan benakku
Aku berkaca dalam keakuanku
Aku wanita hanya sebatas asa
Peluhku takkan bisa merayumu
Terbentang jurang diantara kita
Aku nikmati setiap helaan nafas kita yang saling berlarian
Aku rasakan kebisuan diantara waktu senja berdua
Aku rangkum semua dalam doa
Seperti biasa, hanya berdiri di belakang punggungmu.
Meneriakan namamu dalam diam
Hanyalah sebuah tatapan nanar yang berasal dari kedua bola mataku
Hanyalah sejumput keinginan yang takkan pernah terucapkan
Ingin ku genggam jemarimu walau hanya sepersekian detik
Dan menghentikan waktu yang berputar diantara kita
Menatap jauh kedalam matamu
Merasakan apa yang ada di dalam hatimu
Namun sayang, fatamorgana meracaukan benakku
Aku berkaca dalam keakuanku
Aku wanita hanya sebatas asa
Peluhku takkan bisa merayumu
Terbentang jurang diantara kita
Aku nikmati setiap helaan nafas kita yang saling berlarian
Aku rasakan kebisuan diantara waktu senja berdua
Aku rangkum semua dalam doa
Seperti biasa, hanya berdiri di belakang punggungmu.
Meneriakan namamu dalam diam
Minggu, 16 Februari 2014
Semoga Saja
Aku masih terjebak dalam kekinian yang mempermainkan waktu
Dalam diorama yang begitu angkuh
Sehingga tak ada ruang untuk bergerak
Hanya bisa bernapas dan menyaksikan
Melihat mereka yang bahagia disaat aku belum pantas merasakannya
Mendengar senandungnya ketika aku masih merintih
Bumi seakan belum berkata Iya
Dimensi masih membekukan aku atas kemauanku
Takdirpun belum berpihak seutuhnya
Dan akankah semua itu terjadi
Akankah semua semudah menghembuskan nafas
Semudah menjentikan jemari
Sesulit itukah?
Dapatkah aku menggenggamnya
Membuka mata, terbangun dan akhirnya tersenyum
Semoga saja
Dalam diorama yang begitu angkuh
Sehingga tak ada ruang untuk bergerak
Hanya bisa bernapas dan menyaksikan
Melihat mereka yang bahagia disaat aku belum pantas merasakannya
Mendengar senandungnya ketika aku masih merintih
Bumi seakan belum berkata Iya
Dimensi masih membekukan aku atas kemauanku
Takdirpun belum berpihak seutuhnya
Dan akankah semua itu terjadi
Akankah semua semudah menghembuskan nafas
Semudah menjentikan jemari
Sesulit itukah?
Dapatkah aku menggenggamnya
Membuka mata, terbangun dan akhirnya tersenyum
Semoga saja
Langganan:
Komentar (Atom)