Minggu, 23 November 2014

Ganesha

Dua wanita itu mencoba bermain dengan keadaan
Menerka takdir
Membayangkan jika saja sesuatu akan terjadi semestinya ataupun sebaliknya
Mereka bertanya pada diri sendiri
Mereka berjudi dengan situasi

Mencari sesosok wajah yang dirindukan
Mencari seseorang didalam jutaan manusia lainnya
Berharap menemukan seberkas cahaya di kamar gelap gulita

Langit berseru menurunkan air pertanda sesuatu
Kami tak henti berdoa
Kami tak putus berharap
Sekali saja
Cukup sekali saja
Aku... dia... kami....
Dua wanita ini ingin melihat wajah yang kami rindukan
Ingin merasakan degupan jantung yang berderu ketika melihatnya
Hanya itu saja

Jika saja takdir bersikap adil pada kami
Mungkin saat ini senyum kami masih terus berkembang tak layu
Namun sayang, dua lelaki yang kami tunggu tak kunjung terlihat
Entah dimana
Entah mengapa
Mungkin saja disembunyikan semesta
Karena Ia berkata dia bukan milik ku

Sesaknya masih sama
Jangan pernah bermain dengan takdir
Karena takdir akan  mempermainkan kita dengan sejuta keadaan yang tak pernah kita duga

Rabu, 12 November 2014

Bodoh!

Bodoh!
Tidak berani menggapai
Tapi takut kehilangan

Minggu, 09 November 2014

Sakit

Sakit yang sebenarnya adalah
Ketika kamu harus berhenti mencintai
Bukan karena keinginanmu, tapi karena jalan yang buntu

Tidak ada cara lain untuk mempertahankannya
Sekuat apapun mencoba menggenggam
Meyakinkan kepada dunia
Namun pada akhirnya yang dapat dilakukan hanyalah menyerah dan berhenti sampai disini

Bukan itu mau ku
Tapi aku bisa apa?

Semakin kuat aku mencoba maka semakin kuat dunia bertolak
Mencoba melawan arus namun hantaman semakin deras

Mengapa hidup sesakit ini?

Minggu, 28 September 2014

Memori dalam Memoar

Masih saja tercekat bila memori itu kembali terungkap
Sesak memburu dada, menyergap dalam jiwa
Entah mengapa rasa itu sulit enyah
Seperti terpatri begitu saja
Tak dapat hilang bahkan tak lekang

Sudah lebih dari sepuluh juta detik aku berada disini
Tanpa kata, tanpa jumpa
Dan bahkan berjuta-juta kali aku mencoba melenyapkannya
Tapi tetap saja sia-sia

Seringkali aku bertanya mengapa
Tapi tak ada yang tau jawabannya
Seringkali aku mencoba beranjak
Tapi tak kunjung berbuah manis

Yang tersisa tinggalah kekosongan tanpa jeda
Walaupun semuanya telah berlalu
Dan hanya sebatas memori dalam memoar

Sabtu, 12 Juli 2014

Jangan Pernah!

Jangan pernah paksakan dirimu untuk berbohong pada diri sendiri! Apapun itu, jangan pernah!

Biarkan semua terjadi seutuhnya
Biarkan semuanya mengalir begitu saja

Biarkan benih itu tertanam dengan sendirinya
Biarkan ia tumbuh...
Mekar.... hingga layu
Bahkan mungkin mati pada saatnya
Biarkanlah. Ikhlaskan saja!

Karena yang hidup pasti akan mati pada akhirnya

Selama dirimu masih hidup maka hiduplah selayaknya
Dan jangan biarkan kehidupanmu mati di tanganmu sendiri

Sampai kapanpun, jangan pernah!

Kamis, 12 Juni 2014

Wanita Pengecut

Bisa saja aku meneriakan kepada semua orang isi hati dan pikiranku
Bisa saja aku mengobrak-abrik wanita itu
Bisa saja aku memukul dan menendangmu dihadapannya
Bahkan bisa saja seketika aku menangis memohon kepadamu untuk melihatku walau sejenak

Tapi tak bisa
Aku terlalu penakut untuk melakukan itu semua
Aku pengecut, pecundang yang datang dari masa lalu dan berharap disambut setidaknya sepercik keajaiban
Aku seorang wanita yang terlalu munafik untuk mengungkapkan perasaan yang tertanam dan tertinggal

Minggu, 27 April 2014

Di Waktu yang Aku Hanya Bisa Seperti Ini Saja

Satu hal yang aku tau mengenai dirimu
Hanyalah sebuah tatapan nanar yang berasal dari kedua bola mataku
Hanyalah sejumput keinginan yang takkan pernah terucapkan

Ingin ku genggam jemarimu walau hanya sepersekian detik
Dan menghentikan waktu yang berputar diantara kita
Menatap jauh kedalam matamu
Merasakan apa yang ada di dalam hatimu
Namun sayang, fatamorgana meracaukan benakku

Aku berkaca dalam keakuanku
Aku wanita hanya sebatas asa
Peluhku takkan bisa merayumu
Terbentang jurang diantara kita

Aku nikmati setiap helaan nafas kita yang saling berlarian
Aku rasakan kebisuan diantara waktu senja berdua
Aku rangkum semua dalam doa

Seperti biasa, hanya berdiri di belakang punggungmu.
Meneriakan namamu dalam diam

Minggu, 16 Februari 2014

Semoga Saja

Aku masih terjebak dalam kekinian yang mempermainkan waktu
Dalam diorama yang begitu angkuh
Sehingga tak ada ruang untuk bergerak
Hanya bisa bernapas dan menyaksikan
Melihat mereka yang bahagia disaat aku belum pantas merasakannya
Mendengar senandungnya ketika aku masih merintih

Bumi seakan belum berkata Iya
Dimensi masih membekukan aku atas kemauanku
Takdirpun belum berpihak seutuhnya

Dan akankah semua itu terjadi
Akankah semua semudah menghembuskan nafas
Semudah menjentikan jemari
Sesulit itukah?

Dapatkah aku menggenggamnya
Membuka mata, terbangun dan akhirnya tersenyum
Semoga saja