
Sabtu, 25 Desember 2010
Ini Nyata!

Sabtu, 20 November 2010
For my beloved friend
Kamis, 28 Oktober 2010
Perbuatanmu

Senin, 18 Oktober 2010
Karma

Rabu, 15 September 2010
Lihat Aku Tersenyum Dalam Kemunafikan
Indahnya senyum tak hanya di lengkungkan untuk seseorang yang kau sayangi,Selasa, 24 Agustus 2010
Ketika Dunia Menyudutkanmu

Jumat, 20 Agustus 2010
Pengorbanan ?
Rabu, 18 Agustus 2010
00.00-01.00
Jumat, 06 Agustus 2010
K O S O N G
Ketika terjaga tanpa terkantuk
Ketika itulah aku merasa bernyawa
Seperti berdiri tanpa rusuk
Seperti hidup tanpa jantung
Seperti itulah aku merasa terbuang
Bernyanyi diantara diafragma mu
Bersenandung diantara rangkulan mu
Berlari meraih yang ku mau
Tertatih mencari yang ku inginkan
Ketika seru ibu tak ku anggap
Batin yang ku gunakan tuk menunjuk mata angin
Perlahan mataku sayup dan tertutup
Aku lelah,
Lelah dengan semua harapan ku
Semua harapan kosong ku
Minggu, 13 Juni 2010
kenapa harus SAHABATKU ?

Terimakasih sahabatku, terimakasih atas apa yang kau berikan kepadaku.
Terimakasih karna kau selalu ada di saat aku membutuhkan mu dan disaat aku membutuhkan seseorang untuk saling berbagi cerita tentang seseorang yang ku sayangi selama ini..
Mungkin ini takdirku,
atau mungkin ini cobaan yang Tuhan berikan untuk kita..
Aku tak tau apa yang harus aku lakukan.
Dan yang sekarang aku rasakan adalah SAKIT yang sangat mendalam sahabatku..
Jika kau sahabatku, pasti kau akan merasakan apa yang aku rasa saat ini ..
Sungguh sangat menyesakkan..
Dan ini keputusan yang sangat berat untuk memilih orang yang ku sayangi selama ini walaupun dia tak akan pernah tau kalau aku menyayanginya,
atau
Aku harus memilih sahabatku sendiri..
Karena orang yang ku sayangi itu menyukai kau SAHABATKU..
Dan dia menaruh mu di tempat yang paling indah di hatinya ..
Senin, 07 Juni 2010
edelweiisnya

entah untuk apa aku bertahan saat ini.
jika aku harus mengingat perihnya, sungguh ini sangat menyakitkan.
namun jika aku harus mengingat indahnya, terlalu manis semua kenangan yang takkan bisa ku lupakan.
entah berapa banyak butiran air mata yang menetes ketika bayangnya menguasai batin.
entah untuk apa aku belajar mencintainya, jika nantinya aku pun harus belajar untuk mengikhlaskannya.
melepas berjuta kenangan tentangnya, disaat aku usai merajut impianku akan dirinya.
bagaimana caranya mengikhlaskan dia yang tak pernah bisa ku gapai?
bagaimana caranya melupakan dia yang selalu menanamkan berjuta harapan di hidupku?
dan setelah ku temukan semua jawaban itu, dia kembali mengisi hidupku.
menyirami semua yang telah layu, yang mungkin akan kembali layu seperti dulu.
namun, seperti bunga edelweiis yang kau beri,
aku yakin.
perasaan ini takkan pernah mati dalam batinku.
Sabtu, 05 Juni 2010
kita
Di ruang ini
Kita saling menatap, kita saling melihat, kita saling mengingat.
Apa yang telah kita lakukan,
Apa yang telah kita alami,
Apa yang telah kita lewati.
Disini,
Di ruang ini,
Tak ada yang tau apa yang kan terjadi besok,
Mungkin ini adalah hari terakhir kita semua berbaur dalam satu ruang,
berbaur di dalam satu suka, dan dalam satu cita.
Mungkin banyak kesalahan yang telah kita buat,
Mungkin sebuah celaan adalah pujian,
Sebuah ejekan adalah kekaguman,
Bahkan sebuah pukulan adalah rasa kasih sayang..
dan beberapa tindakan lainnya hanyalah sebuah kesalah fahaman.
hari ini rangkullah temanmu,
Ingat kebaikannya dan maafkan semua kesalahannya.
Karena bumi terlalu cepat berputar,
Semua tinggal kenangan.
Sabtu, 29 Mei 2010
Jika
Jika kau tau,
Kau adalah mentari bagiku,
Mentari yang selalu menyinari hidupku.
Jika kau tau,
Kau adalah bintang,
Bintang yang slalu menghiasi malam-malamku
Aku mencintaimu dengan sederhana.
Setulus aku mencintaimu,
Sesakit itu aku melihat kau bersamanya.
Seikhlas ku melepasmu,
Seperti itulah cinta ku padamu yang takkan pernah kau ketahui
Berjuta kenangan tentangmu takkan lekang di benakku.
Jika kau tetap mencintainya,
Aku rela kau bersamanya.
Namun, jika kau berubah pikiran dan memilihku,
Aku
Jumat, 28 Mei 2010
tears

Here, the wounds are very deep to make me stay, make this feeling more and more buried and rotting.
Make me always want to close my eyes, and always dreaming.
I know, all my dreams never come true.
Enough to feel it all, pain, happiness, destroyed, pleasure, anxiety, fear, jealousy, hope, dropped, or rose.
I don't know whether I should stay, or give up without a certainty.
Or is all that I feared should happen?
Whatever!
I'm me, I'm just a dreamer who might never reach her dream.
because my dream is a real thing I have to reach out somehow.
I just wanted to follow what I feel now.
and look what I desire with all my limitations, and with all my hopes.
until the time comes, maybe you'll really notice when it has expired and might regret come to me or to you.
Senin, 10 Mei 2010
Surat Kecil Untuk Kakak Senior

Rabu, 14 April 2010
Malam 13 April
Diantara teater amoeba,
Aku berharap dia sedikit memahami akan hadirku.
Malam yang kelam,tak membuatku getir.
Berjuta rasa ku kulum saat itu.
Fatamorgana membuktikan semua.
Tertawa lepas mencuri perhatian akan perasaanku
Apakah dia sadar?
Apakah tingkah lakuku membuat ia paham?
Sepertinya tidak.
Kudengar, semua pohon berbisik
Kulihat, semua bintang tak terbit
Kurasakan, hangat tatapan matanya menyinari hatiku.
Malam ini, aku bahagia.
Binar terperangah melepas gusar penyandra hati.
Tersenyum ketika itu adalah impianku kemarin.
Melihat dia bahagia adalah impianku selama ini.
Dan menggengam jiwanya dalam pelukanku hanyalah hayal semata.
Rabu, 31 Maret 2010
Dia
Dia lelaki yang ku cintai setelah ayahku. Dia yang tak ku sebut namanya di sini. Lelaki yang menempati tempat terindah di hidupku, lelaki yang tak pernah lenyap dari ingatanku. Sedikitpun aku tak dapat melupakannya. Dia lelaki yang amat dewasa, penyayang dan penuh dengan kelembutan. Aku selalu merasa nyaman setiap berada di dekatnya. Akankah dia selalu menempati tempat terindah dalam hidupku?
Sekuat tenagaku, aku mencoba untuk menyembunyikan perasaan ini darinya. Bahkan dari semua orang. Entah kenapa aku tak mau jika ia tau tentang perasaanku yang begitu dalam padanya walaupun kini aku sedang menjalin hubungan dengan orang lain, karena aku tak mau jika ia menjauh dariku. Mungkin dalam benakmu aku ini munafik. Tidak! aku tidak munafik. Aku hanya mencoba untuk menerima keadaan yang ada saat ini.
Dia memiliki orang yang sangat di cintainya. Namun aku? Dulu aku hanyalah seorang wanita bodoh yang hanya dapat menanti dirinya tanpa kepastian. Pernah terbesit dalam benakku, apakah aku dapat melupakannya dengan aku menjalin hubungan dengan orang lain dan belajar untuk perlahan melepaskan dan melupakan semua memori tentangnya.
Hm, ternyata semua dugaanku hanya bersifat sementara, 6 bulan aku menjalin hubungan dengan orang lain dan mencoba untuk melupakannya. Namun apa? Semua nihil, walaupun aku bersama orang lain tetap saja pikiran dan perasaanku merindukannya. Semakin kuat aku melupakannya semakin kuat pula bayangnya melekat dalam pikiranku. Kembali aku menyayanginya. Ahh, perasaan apa ini?
Aku selalu mencoba untuk ada di dekatnya ketika ia sedih, saat ia terpuruk, aku selalu berusaha membantu dia dalam masalah apapun, bahkan ketika ia sedang bermasalah dengan kekasih hatinya. Ya, aku mencoba untuk tegar berada di sisinya menopang dirinya ketika ia rapuh walaupun aku harus jatuh terpuruk menopang semua cerita yang membuat hatiku tercabik-cabik.
Mungkin aku hanya dianggap sebagai sahabat atau pendengar yang baik tanpa dia tau kenapa aku selalu mencoba untuk dekat dengannya, mencoba mengikuti gaya hidupnya, dan mencoba untuk mengerti kehidupannya. Sungguh aku melakukan ini semua tulus, tulus karena aku menyayanginya.
Tanpa sadar kami telah berbagi tawa-canda dan suka-duka bersama. 4 tahun, 4 tahun sudah aku menyimpan semua ini sendiri. Dan 4 tahun sudah perasaan itu bersemayam di dalam batinku, berjuta-juta rasa telah ku cicipi saat ku berada di dekatnya. Entah apa yang aku rasakan, apa aku harus sedih ketika aku berada di sisinya atau apakah aku harus bahagia ketika ia bercerita tentang kekasih hatinya? Entah perasaan apa lagi yang harus aku rasakan.
Malam itu, aku mencoba untuk menemuinya namun ia tidak berada di rumahnya, kemana dia? Ku tinggalkan selembar kertas bertuliskan “aku tunggu di taman besok jam 14.30. Penting!” apa dia akan membaca pesanku? Apakah dia akan datang? Sudahlah, aku tunggu saja besok.
Yaa. Hari ini tiba. Sejujurnya aku ingin membuat pengakuan basar kepadanya, pengakuan atas segala yang telah ku rasakan selama ini. Pukul 14.00 aku sudah berada di taman. Namun, sekarang sudah pukul 15.30 dia belum datang, Kemana dia? Apa dia tidak membaca pesanku? Atau lupa? Aku tetap menunggu lagi, pukul 16.30 dia tidak datang juga, ku putuskan jika pukul 17.00 dia belum datang, maka ku hurungkan niat ku Ini. Tapi tidak, yaa dia datang! Akhirnya dia datang.
“Ahh tidak, kenapa tiba-tiba perasaanku membeku? Sepertinya aku kecewa, tapi apa yang harus aku kecewakan? Atau aku takut? Lidahku seakan-akan terkunci tidak dapat berkata sedikitpun, kenapa aku?” aku terus bertanya-tanya dalam hati seperti orang bodoh. Aaah, kenapa aku ini.
Dia berlari kearahku sambil berkata,
“maaf aku terlambat, tadi aku dari rumahnya…”
belum selesai dia bicara sudah ku potong karena aku sudah tau jawabannya.
“ya, aku tau tapi kamu terlambat 2 jam.”
“iya iya maaf, ada apa? Ada masalah apa? Kayanya penting banget?”
Aku terdiam, jujur aku tak kuasa menahan tetes air mata, aku tak bisa mengatakan hal ini sekarang, aku tidak sanggup!
“kenapa diem? Masih marah ya? Kan aku udah minta maaf.” Dia terus bertanya.
“ngga kok, aku ngga marah.”
“terus kenapa diem?”
“aku lagi suntuk, banyak masalah. Besok bisa temenin aku pergi ke Anyer ga?” aku terus mencari-cari alasan untuk menutupi semua yang ingin aku ceritakan, konon katanya dia bisa membaca gerak-gerik seseorang apalagi dari sorot matanya.
“haduh, besok ya? Aku udah ada janji sama dia, gimana dong?”
“ohh, yaudah ga usah makasih.” Aku bingung, apa aku harus sedih atau senang.
“hem, jangan marah dooong! Oke gimana kalo lusa? Lusa aja kita berangkatnya, ya ya ya!
“hm, yaudah deh.”
“hehe senyum dong!”
“iyaa.” Sambil tersenyum aku merasa senang dia bisa meluangkan waktunya untukku, dan aku bisa menunda penjelasanku ini hingga lusa.
“nah, gitu dong senyum.”
Aku termenung di pinggir pantai, menatap birunya air laut yang membantang. Dia berjalan menghampiriku, duduk rapih tepat disampingku.
“indah ya lautnya!” dia mencoba memulai percakapan.
“iya, seindah apa yang sedang aku rasakan namun segusar semua yang ada dipikiranku.”
“oya, katanya kamu lagi ada masalah, sampai sekarang kamu belum cerita, memangnya ada apa?”
Jantungku berdegup kencang, cepat, lebih cepat dari seorang nenek yang terkena serangan jantung. Apa aku harus menceritakan semua ini ?
Perlahan aku menunduk, meneteskan air mata yang tak dapat ku tahan lagi. Dia merangkulku. Tuhan!! Perasaan apa lagi ini? Dia merangkulku, begitu hangat saat barada di dekapannya. Jika aku boleh meminta satu permintaan, aku ingin saat ini juga waktu berhenti berputar. Aku ingin selalu berada di dekapannya, merasakan ketentraman dalam batinku dan aku ingin tetap merasakan kasih sayangnya.
“Menagislah sepuas yang kamu mau, biar ga ada beban lagi di hatimu!”
Aku terus mendesah, meneteskan air mata yang tek tertahan. Ya! Kini aku bahagia bisa merasakan dekapannya walau hanya sekejap.
“udah nangisnya? Sekarang kamu bisa cerita apapun yang lagi kamu pikirin. Selama ini kan kamu selalu ada disaat aku sedih dan sekarang aku mau membalas semua kebaikan kamu. Kita kan teman.”
Bagai sangkur yang sedang mencabik-cabik jantungku. Apa? Dia hanya menganggapku sebagai teman. Aku menghela nafasku secara teratur, aku berdiri menegakkan kepala dan berteriak, berteriak sekuat tenagaku, mengeluarkan semua beban di hidupku, menghilangkan semua masalah yang ku hadapi, walaupun tidak semua keluar dari jiwaku, aku tetap bahagia sempat merasakan hangat dekapannya.
Aku pun mulai berkata,
“heey, pulang yuk! Udah sore nanti kemalaman di jalan.”
“loh, yakin mau pulang? Tapi kamu kan belum cerita? Emang udah lega?”
“hehe, kamu udah mau nemenin aku kesini aja udah cukup kok.” Aku hanya tersenyum dan menarik tangannya untuk bergegas pulang.
Ya! Dia, dia yang selalu ada di dalam hatiku bahkan di hidupku. Semua kenangan-kenangan bersamanya menyatu dalam setiap desir darahku.
Akankah dia selalu menempati tempat terindah dalam hidupku? Dan jawabannya “Ya!” Dia akan selalu ada di sini, di hatiku yang selalu menyayanginya walaupun dia tak pernah tau sedikitpun perasaanku kepadanya.
Dina Ruhaniah
